Family Trip to Jogja

Kamis, Mei 18, 2017
Sebagian dari kalian pasti pernah jalan-jalan ke kota gudeg ini. Yap Yogjakarta, kota dengan budayanya yang begitu kental, dan sarat akan sejarah. Tanggal 14 s/d 16 Agustus 2016 lalu aku sekeluarga berkunjung ke kota istimewa itu. Disini aku mau sedikit cerita bagaimana perjalanan kami disana, dan kemana saja kami selama di Jogja.

Keluarga Pak Raden, Nikon D3300

Pagi hari pukul sekitar pukul 6 atau 7 kereta kami berangkat dari stasiun Senen, Jakarta Pusat. Kami sengaja memilih kereta kelas ekonomi karena untuk berhemat. Tapi percayalah kalau kalian bukan tipikal orang yang mudah bersosialisasi, kalian akan sulit untuk menikmati perjalanan dengan kereta ekonomi. Pasalnya, kereta ini memiliki tempat duduk yang berhadapan dengan penumpang lain. Aku termasuk orang yang agak sulit untuk bersosialisasi, harus duduk bersama 3 orang yang ga aku kenal benar-benar menyiksa. Karena kedua orangtuaku berbeda tempat duduk denganku. Delapan jam aku hanya diam, mendengarkan musik, baca buku To Kill a Mockingbird karangannya Harper Lee, atau mondar mandir di timeline social media ku. Syukurlah aku memesan tiket pulang kelas bisnis hehe.

Stasiun Pasar Senen, Sony Experia C5 Ultra
Tujuan kami adalah stasiun Lempuyangan, stasiun ini berada setelah stasiun tugu Jogja. Pukul 2 siang kami turun dari kereta, dan berniat untuk jalan kaki dari stasiun menuju penginapan yang sudah kami booking sebelumnya. Tapi setelah bertanya dengan orang sekitar, dan melihat Google Maps jalan yang harus kami tempuh lumayan jauh. Aku sebetulnya memikirkan kedua orang tuaku, aku takut mereka kelelahkan dan malah jatuh sakit alih-alih menikmati liburan kami. Jadilah kami memesan sebuah taxi yang ada di pinggir stasiun Lempuyangan. Tidak ada Argo di taxi yang kami naiki, jadi kami harus menawarnya didepan.

Hanya sekitar 10 menit kami sampai ke Wisma Hidayah, penginapan yang begitu murah. Karena tujuan kami di jogja jalan-jalan kami sengaja memilih kamar yang hanya bisa untuk tidur dan mandi haha. Kamarnya sederhana dan bersih, disana hanya disediakan kipas angin dan TV tabung kecil yang mungkin usianya sudah belasan tahun, lemari pakaian, meja, dan 1 kursi. Harga semalamnya hanya Rp 100.000 - Rp 120.000, murah banget kan? Hehe, cocok buat backpacker.

Taken by Nikon D3300

Setelah satu setengah jam kami beristirahat dan mandi, kami bersiap untuk jalan kaki ke Malioboro. Tempat wajib dikunjungin kalau kalian melancong ke Jogja. Tidak perlu berbelanja juga tak apa, asal bisa update location di sosmed itu sudah cukup, atau foto di papan 'Jl. Malioboro' untuk kenang-kenangan hehe. Jarak dari Wisma ke Malioboro juga cukup dekat jadi lumayan untuk irit ongkos, sambil menikmati lalulintas kota Jogja.

Malamnya kami makan di warung yang menjual gudek di sekitaran jalan Malioboro. Setelahnya mencicipi wedang ronde yang dijual di gerobak, nikmatnya sambil meluruskan kaki setelah berjalan cukup lama mengelilingi Malioboro. Memang Malioboro terkenal dengan banyaknya penjual oleh-oleh khas Jogja seperti batik, kaos, dll. Penjual makanan juga tak kalah banyak. Malam hari ada sekelompok orang yang menggelar seni tari dadakan di pinggir jalan. Penarinya seorang pria yang begitu luwes menari mengikuti irama pemain musiknya. Banyak orang yang menyaksikannya, bahkan  ada  beberapa turis asing yang mengabadikan momen itu. Orang-orang sangat menikmati pegelaran dadakan itu mungkin karena seni sangat dihargai di Jogja.

Malioboro, Nikon D3300
Malioboro, Nikon D3300
Malioboro, Nikon D3300

Esok paginya, kami bersiap untuk traveling. Sebelumnya kami sudah memesan jasa rental mobil di Jogja selama 12 jam full. Tarifnya Rp 550.000 All in, dan kami bisa menentukan tempat wisata mana yang ingin kami kunjungi. Kami sudah memutuskan ingin mengunjungi Prambanan, Merapi, dan Borobudur. Syukurlah supir yang mengantar kami sangat baik berpengalaman, dia menyarankan kami untuk mengunjungi Borobudur dahulu, karena Borobudur adalah tujuan terjauh dan diluar wilayah Jogja.

Harga tiket masuk Borobudur Rp 30.000 / Dewasa (Umum), Tiketnya bisa di beli di sebelah kanan pendopo saat kita masuk didepannya. Jarak dari Pintu masuk ke situs tidak terlalu jauh, tinggal ikuti papan petunjuk arah dan sampailah kita ke tujuan. Hal yang merepotkan mengunjungi Borobudur adalah saat kita keluar dari tempat itu. Pintu keluarnya tidak langsung menuju parkiran, tetapi jalannya di buat memutar. Sepanjang jalannya adalah pasar kecil yang menjual berbagai macam cinderamata khas Borobudur. Mungkin ini bermaksud untuk mensejahterakan ekonomi para pedagang di sekitaran komplek candi.

Borobudur, Nikon D3300

Borobudur, Nikon D3300

Borobudur, Nikon D3300

Borobudur view, Nikon D3300

Borobudur view, Nikon D3300

Borobudur view, Nikon D3300

Borobudur view, Nikon D3300

Taken by Sony Experia C5 Ultra
Setelah puas menikmati pemandangan dan mengabadikan moment, kami langsung bersiap untuk ke tujuan kami berikutnya Merapi tour. Akses menuju ke Merapi seperti jalan ke puncak bogor, berkelok kelok dan jalan yang dilalui juga tidak terlalu besar. Disepanjang perjalanan kami banyak melihat kebun salak, karena memang daerah sana terkenal dengan salaknya. Mobil yang dipakai untuk Merapi tour bukanlah mobil yang kami tumpangi, tetapi kami harus menyewa sebuah Jeep untuk wisata yang satu itu. Saat tiba disana, banyak jasa tour yang menawarkan Jeepnya kepada kami, tapi untungnya supir kami sudah punya kenalan dan kami tidak perlu bingung memilih.

Harga paket Merapi Tour bermacam-macam, tergantung berapa lawa waktu yang ditempuh dan lokasi mana saja yang dikunjungi. Karena waktu kami terbatas, kami memilih paket tour 1,5 jam dengan lokasi tujuan museum mini, batu alien, bunker kaliadem, puncak kaliadem. Harga yang ditawarkan juga lumayan Rp 350.000 (sudah termasuk supir). Awalnya kami pikir harga segitu terlalu mahal, tapi setelah merasakan tournya kami pikir harga tersebut memang pantas. Karena melihat kondisi jalan yang terjal yg membutuhkan pengalaman khusus, serta supirnya bisa merangkap menjadi tour guide yang bisa membantu kami untuk berfoto di lokasi yang keren.

Supir tour kami adalah warga lokal yang dahulu tinggal di kaki gunung merapi. Ternyata keluarganya menjadi korban awan panas yang terjadi pada tahun 2010 lalu.

Museum mini merapi, Sony Experia C5 Ultra

Museum mini merapi, Sony Experia C5 Ultra

Batu alien merapi, Nikon D3300

Bunker Kaliadem, Nikon D3300

Jeep merapi, Nikon D3300

Merapi Tour, Nikon D3300

Merapi Tour view, Sony Experia C5 Ultra

Merapi Tour, Nikon D3300
Setelah mengetahui sejarah erupsi merapi beberapa tahun lalu serta menikmati pemandangan yang luar biasa kami bertolak ke candi Prambanan. Sebelumnya kami meminta supir untuk menepi beristirahat dan menyantap makan siang di restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh menuju Prambanan.

Tiket masuk ke candi Prambanan sama seperti Borobudur. Jarak yang ditempuh juga tidak terlalu jauh, enaknya jalan di komplek candi Prambanan adalah tidak perlu jalan menanjak dengan tangga terjal hehe. Komplek Prambanan ssebetulnya luas, karena waktu kami yang singkat dan sudah memasuki waktu senja kami hanya berkeliling sebentar disana. Jam wisata candi juga terbatas hanya sampai jam 5 sore, jadi kami memaksimalkan menikmati suasana yang singkat, foto dan jalan kembali ke penginapan.






Prambanan, All taken by Nikon D3300


Esok paginya kami berkunjung ke Keraton Jogja yang jaraknya sangat dekat dengan Wisma, dan siangnya bersiap untuk kembali ke Jakarta.




Kraton Jogja, All taken by Nikon D3300


Jadi itulah sedikit cerita kami selama liburan 3 hari 2 malam. Rasanya masih kurang puas karena banyak lokasi yang ingin kami datangi tapi keterbatasan waktu. Tapi ga apa, InsyaAllah kami bisa berkunjung lagi ke sini, dan berkunjung ke lokasi wisata lainnya.

See you next holiday...

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.