One Day Trip Around Kyoto!
Pagi itu setelah melakukan segala rutinitas di penginapan,
kami bersiap untuk tour ke Kyoto. Sebelumnya kami berencana untuk menggunakan
shinkansen ke Kyoto. Tetapi kami urungkan niat kami karena setelah cek
hyperdia, kami bisa menggunakan kereta local menuju Kyoto. Walaupun waktu
tempuhnya sedikit lebih lama, hal itu tak masalah untuk kami asal kami masih
bisa menikmati perjalanan kesana.
Sebelum masuk ke Fushini inari, kami sengaja membeli onigiri dan air mineral untuk bekal makan siang di Daily Yamazaki. Gate masuk ke Fushini inari berhadapan dengan pintu masuk dan keluar stasiun, jadi kami hanya harus menyebrang untuk bisa sampai ke pintu masuk. Tidak ada pungutan biasa, saat sesudah menyebrang kita di hadapkan dengan "Torii" gerbang kuil yang berwarna orange berdiri kokoh di pintu masuknya. Dari sana kami hanya berjalan lurus saja masuk ke arah yang menjual pernak pernik kuil. Karena kami berbeda keyakinan jadi kami tidak masuk ke kuilnya, kami hanya berjalan-jalan di sekitaran kuil.
Disana kami melihat deretan papan kecil di belakang kuil yang sudah tertulis (mungkin) doa dan harapan orang-orang. Kami juga menemukan orang-orang yang mengikat secarik kertas putih di satu sisi kuil. Pendapat kami sepertinya orang-orang mengikat itu karena mereka mendapat 'bad luck' dari percobaan keberuntungan.
Untuk ke 1000 torii, kami harus menaiki 2 undakan tangga. Alhamdulillah tangganya tidak terlalu curam Lia dan ka Pur juga sempat berfoto di patung rubah. Untuk melewati 1000 torii kami sempat berdesakan dengan turis lainnya, karena kami di suguhkan 2 jalur torii, satu jalurnya tidak di perbolehkan lewat. Karena kami tidak ingin terlalu lama melewati torii jadinya kami hanya berfoto di senbon torii yang tidak boleh di lewati (karena sepi).
Setelah berfoto kami berjalan lagi mengitari hutan di belakang kuil. Kami sempat beristirahat di toko yang menjual berbagai macam menu macha, kami sengaja memilih es krim macha. Rasanya...pahit (lol), berbeda dengan es krim macha di indonesia yang masih terasa manisnya, disana rasa pahit macha lebih kuat dari rasa manisnya. Karena lia tidak terlalu suka, akhirnya hanya aku dan ka pur yang menghabiskan es krimnya.
Setelah beristirahat sejenak,kami melanjutkan jalan kembali untuk membeli beberapa buah tangan untuk rekan dan keluarga kami. Seharusnya setelah membeli oleh-oleh kami harus bertolak ke Kiyumizudera karena jam sudah menujukan pukul 10.30. Tetapi karena perut agak keroncongan dan mata kami tergoda melihat food stands yang berjejer di samping kanan kuil menawarkan berbagai macam makanan dan camilan.
Camilan yang pertama kami beli adalah Mochi red bean strawberry (Ini mochi terenak yang pernah aku cobain), menu kedua adalah takoyaki. Kami sempat tergoda dengan daging bakar yang dijual di sana, tapi kami tidak jadi beli karena takut ga halal :"). Kami lanjut hunting makanan yang tampak muslim friendly, dan sebisa mungkin menghindari daging dan Dango lah pilihan kami (lol).
Kami langsung kembali ke Kyoto station untuk menuju ke Kiyumezudera menggunakan Bis yang terdapat di depan stasiun. Sebelumnya kami sengaja membeli 1 day pass Kyoto Bus seharga 600 yen, berjaga-jaga siapa tau kami sempat mengunjungi beberapa tempat.
Tujuan kami siang itu adalah ke Sannenzaka-Ninenzaka dan Kiyomizudera tample. Kami berhenti di Gojo zaka bus stop, lalu lanjut berjalan kaki cukup lama sampai ke sannenzaka. Benar-benar menguras energi :" kami sempat beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas karena jalannya agak menanjak.
Ada insiden sebetulnya setelah kami sampai disana, karena saat itu turis sangat ramai jalan untuk menuju kuil jadi begitu padat. Aku dan ka Pur sempat tertarik untuk melihat oleh oleh yang dijual disalah satu toko, saat kami masuk kami pikir Lia yang berada disamping kami juga ikut masuk tapi ternyata tidak. Aku baru sadar setelah beberapa menit memilih dompet kecil, aku berniat untuk menanyakan pendapat lia. Panik karena kami tidak menemukan Lia di dalam toko ataupun di luar toko. Dia menghilang dan aku sudah coba menghubunginya tapi percuma saja alat komunikasi kami cuma dapat terhubung dengan wifii yang ada di ka Pur. Otomatis lia tidak bisa mendapat signal jika berada terlalu jauh dari ka Pur.
Setelah atur strategi akhirnya aku bertugas untuk mencari lia, dan ka pur menunggu di depan toko. Satu yang kami takutkan, Lia tidak ketemu dan kami harus ke pusat informasi atau kantor polisi melaporkan teman kami hilang :". Alhamdulillah Allah mempermudah jalan kami, setelah aku berjalan sekitar 5 menit, aku melihat sosok kerudung merah di atas jalan menanjak sedang celingak celinguk. Untungnya lia memilih tempat tinggi jadi aku bisa melihatnya dari bawah, sambil menghampirinya aku melambaikan tangan dan dia berjalan ke arahku sambil ingin menangis (lol). Aku bahkan tak bisa menahan tawa saat dia menceritakan kepanikannya.
Karena tragedi lia hilang dan hari juga sudah menunjukkan jam 2 maka kami memutuskan untuk tidak terus naik ke kuil karena kami ingin mengejar jadwal ke arashiyama. Antrian bus ke Kyoto station cukup panjang siang itu, kami harus menunggu setidaknya 30 menit sebelum berhasil masuk ke Bis no. 100 yang ke 5.
Bis penuh sesak saat itu, kami yang berdiri di dekat pintu tak tega melihat seorang ibu ingin mencoba masuk, jadi kami berusaha memberi space untuk ibu itu. Ibu itu berterimakasih dengan berbahasa inggris, ternyata ibu itu lumayan bisa bahasa inggris. Jadilah kami berbincang singkat menanyakan dimana tempat oleh oleh terkenal di Kyoto yang ternyata si ibu juga tidak tahu, kerena dia juga turis yang datang dari Tokyo. Si Ibu juga pernah ke Malaysia, kami mempromosikan si ibu untuk datang ke Indonesia dan dia tertarik untuk datang jika ada kesempatan.
Kami mengejar kereta menuju saga arashiyama dan kami sampai disana jam setengah 5 sore. Dari stasiun saga arashiyama kami berjalan kaki menuju Togetsukyo Bridge. Awalnya kami ingin ke bamboo forest, tapi karena sudah terlalu sore, dan pencahayaanpun kurang jadi kami mampir untuk foto di kimono forest yang berada di sebelah stasiun arasiyama (berbeda dengan stasiun saga arashiyama). Setelah berfoto sebentar kami lanjut jalan santai menuju jembatan menikmati bangunan pertokoan tradisional. Udara hari itu sangat dingin, aku sampai harus meminjam sarung tangan dan syal lia.
Arashiyama adalah tempat paling berkesan bagi kami selama kami di Jepang, kami menemukan puncak kenikmatan dan kebahagian perjalanan kami saat kami mulai menginjakan kaki disana.
Kak...aku tertarik banget sama blog kakak.. ^_^. Aku pengen kenal sama kakak. Kalo kakak berkenan kakak bisa hubungi aku Via email di radazaphanaki@gmail.com
BalasHapusAku berharap banget kakak mau temenan sama aku 😊😊.
Makasih.. 😉😉