Bertamu ke Tempat Paling Indah di Dunia

Asssalamualaikum...
Akhirnya  bisa nulis lagi di blog ini (loh emng selama ini nulis di blog yang mana?) hehe.
Alhamdulillah Januari tahun kemarin aku dikasih kesempatan untuk berkunjung ke tempat paling indah di dunia. Apa tuh? Switzerland? London? haha bukan.. bukan.. Alhamdulillah setelah menginjak usia ke 26 tahun aku diijinkan untuk bertamu ke Baitullah (rumah Allah) :")
Aku mau cerita sedikit pengalaman aku, tulisan ini dibuat bukan untuk menyombongkan diri atau pamer ibadah, mohon maaf tidak, memang blog ini aku khususkan untuk menampung cerita dan pengalaman yang aku rasain. Jadi karena ini salah satu pengalaman aku yang paling berharga aku memutusakan untuk sharing sedikit disini :)


Awal memutuskan untuk berangkat umrah sekitar bulan Juni 2018, sebenernya aku dan temanku ka pur sedang merencanakan perjalanan kami ke Turki. Tapi di hati memang ada sedikit ganjalan setelah perjalanan kami ke Jepang bulan Maret sebelumnya. Aku sempat kepikiran "Kamu jalan-jalan ke Jepang aja mampu, masa untuk Ibadah Umrah ga bisa? Kamu ga bisa? apa ga niat?" haha pikiran yang agak menampol sih ya.

Waktu aku, ortu dan ka pur silaturahmi ke rumah lia dibulan Juni. Dibukalah percakapan tentang Umrah, ternyata lia dan ibunya memang sudah ada niatan untuk berangkat tahun depan. Lalu aku sedikit melirik ka pur saat itu, karena dia tahu tahun depan kami berancana menabung untuk perjalanan kami ke turki. Karena ka pur sangat tahu bagaimana perasaan ku, akhirnya dia bilang kalau tidak apa jika perjalanan ke turkinya ditunda. Alhamdulillah... aku bisa fokus menabung untuk umrah. Tapi timbul pertanyaan berikutnya, sama siapa?

Karena aku punya impian untuk memberangkatkan kedua orang tua ku umrah, aku tidak mau sendirian. Tapi lagi-lagi kepentok dana yang kami keluarkan, kalau mau berhitung saat itu keluarga kami Insya Allah mampu untuk memberangkatkan 2 orang, ya itupun pas pasan. setelah kami berunding, aku sudah menawarkan mama dan ayah untuk berangkat duluan. Tetapi jawaban mereka selalu sama, "Kamu duluan, disana kamu berdoa biar kita bertiga bisa berangkat sama-sama". Tapi saat itu aku tidak menyerah aku terus menawarkan lagi pada mereka, karena aku ingat ucapan Ust Subhan "Bayangkan anda menatap 2 keindahan di dunia ini sekaligus, pertama anda menatap Ka'bah lalu anda tatap wajah kedua orang tua anda." Karena kata-kata beliau aku semakin bertekad untuk bisa mengajak mereka. Tetapi, lagi-lagi jawaban mereka masih sama, dan dengan berat hati aku berangkat sendiri tanpa didampingi mereka.

Travel umrah yang aku pakai adalah travel yang pernah memberangkatakan ka pur umrah di tahun 2017. Kebetulan ka pur sudah kenal dengan owner dari travel tersebut, jadi kami lebih mudah dalam berkomunikasi. Jadwal keberangkatan kami tadinya di bulan Februari, tetapi karena ada satu alasan akhirnya kami memajukannya di bulan Januari tanggal 16. Sebetulnya di tanggal itu bertepatan dengan UAS semester 7 ku, jadi aku perlu ijin selama kurang lebih 2 minggu tidak bisa mengikuti UAS.

Persiapan yang aku lakukan tentunya belajar, walau sudah pernah merasakan manasik saat aku masih aktif sebagai anggota YISC tahun lalu. Aku juga perlu memperdalam rukun saat berumrah, bagaimana bacaan saat tawaf, sa'i, apa doa saat melakukan tahalul, dll. Persiapan lainnya selain menabung dan mempersiapkan barang-barang yang harus di bawa adalah suntik meningitis, dan pembuatan visa biometrik.

16 Januari 2019 & 17 Januari 2019

Kami berangkat menuju bandara Soetta, berkumpul  bersama jamaah lainnya di terminal 3 menjelang siang. Setelah pengecekan, pembagian ID card, dan berfoto bersama. Para jamaah mulai berpamitan dengan keluarganya dan bergegas menuju boarding room.


Dijadwalkan rute kami saat itu tidak langsung menuju ke Jeddah, tetapi transit di Oman. Qodarullah aku kehilangan jam tangan disana.

Saat kami dalam perjalanan Oman ke Jeddah yang memakan waktu kurang lebih 2 setengah jam. Saat berada diatas bukit yalamlam pilot pesawat Oman air serta ust Ali (pemandu kami selama umrah disana) memandu kami untuk mengambil niat umrah. Dan karena pesawat ini diisi lebih banyak jamaah yang akan melaksanaan umrah, maka kami mulai bertalbiyah dan aku bisa mendengar gema suara para jamaah lainnya di dalam pesawat, membuat hatiku bergetar.

Labbaik Allahumma Labbaiklabbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika laka

Aku memenuhi panggilanMu ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu tiada sekutu bagiMu aku memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujian dan ni’mat adalah milikMu begitu juga kerajaan tiada sekutu bagiMu

Sesaat setelah kami sampai di Jeddah kami dipandu ke bus untuk menuju ke penginapan, hotel yang kami tempati jaraknya sangat dekat dengan Masjidil Haram jika berjalan kurang lebih sekitar 3-5 menit. Setelah menaruh barang-barang kami langsung berkumpul di lobby hotel, dan menuju Masjidil Haram.
Saat aku mulai melihat Masjidil Haram dari kejauhan hatiku kembali bergetar, 
 "Ya Rabb... Aku disini, Aku dirumah Mu..."


Saat itu waktu akan memasuki waktu subuh, jadi jadwal kami setelah solat subuh, kami langsung berumrah dipandu oleh mutowwif kami ust. Murthado. Saat kami mulai turun menuju tempat tawaf, mataku mulai melihat Kabah. Seketika aku takjub dan merasa sedih setelah melihat pemandangan paling indah di dunia ini, aku tak menemukan wajah kedua orangtuaku disampingku. Jadi sejak saat itu aku mulai berdoa agar Allah mudahkan kami bertiga untuk berkunjung ke Baitullah.





Setelah menyelesaikan serangkaian ibadah umrah, kami kembali ke hotel untuk sarapan dan beristirahat. Serta melakukan ibadah lainnya di Masjidil Haram.

18 Januari 2019
Jam 3 dini hari aku dan jamaah lainnya sudah bergegas menuju masjidil haram untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Kami sengaja memilih pelataran masjid paling atas sehingga kami semua tidak terpisah shafnya. Saat itu udara dingin sekali, jadi beberapa dari kami sengaja tidak melepas jaket saat solat tahajud bahkan syal dan tas jinjing kami sengaja kami jadikan alas kaki karena walaupun kami sudah memakai kaus kaki, dinginnya lantai masjidil haram tetap menembus kulit kami.

Kami solat dengan khusyu dan syahdu, kali ini pemandangan kiblat solat kami bukan tembok rumah kami, tapi ka'bah. Masya Allah...

Jadwal kami hari itu acara bebas, jadi kami memanfaatkan waktu kami untuk beribadah di masjidil haram. aku sengaja tidak kembali ke hotel setelah solat ashar, kami memanfaatkan waktu kami untuk sholat, dan berdoa kepada Allah di shaf yang sejajar dengan maqam nabi Ibrahim sampai ba'da isya.

19 Januari 2019
Jadwal kami hari itu setelah sarapan adalah tour ke gua tsur, padang arafah, dan sekitarnya. Dan hari itu kami melaksanaan ba'dal umrah atau yang tidak mem-ba'dal-kan seseorang dia melaksanakan umrah kedua, aku contohnya. Kami mengambil miqat di masjid Ji'ronah.



Saat menunggu waktu ashar dan umrah kedua, kami kembali bermunajad kepada Allah di pelataran dalam masjid, tetapi kami tetap bisa melihat ka'bah walau terharang papan di beberapa bagian karena memang saat itu masjidil haram sedang dilakukan renovasi.

Saat sedang menuturkan doa-doa sambil menatap ka'bah air mataku perlahan jatuh dan taklama aku semakin seseguk sambil terus bermunajad kepada Allah. perasaan yang begitu membuncah, sulit untuk di ungkapkan. padahal saat pertama melihat ka'bah aku hanya terharu, tapi di umrah kedua ini semua gejolak yang tertahan sejak 2 hari setelah sampai di mekkah aku lepaskan bersama air mataku.


Saat Tawaf di umrah kedua, aku kembali menatap nanar ka'bah sambil membathin dan air mataku kembali menetes. Memang sampai saat itu kami belum bisa memegang ka'bah karena ada beberapa kondisi.

Kami selesai melaksanakan umrah kedua di waktu isya, dan setelah itu kami kembali ke penginapan untuk makan malam. Setelahnya kami segera bebenah karena esok harinya setelah waktu dhuha kami segera bertolak ke madinah.

20 Januari 2019
Kami bangun lebih pagi dan melaksanakan sholat subuh, dan inilah solat kami terakhir sebelum kami melaksanakan tawaf wada (perpisahan). menurut penjelasan ust murthado, setelah kami melaksanakan tawaf perpisahan, kami sudah tidak bisa lagi solat di masjidil haram karena itu adalah tawaf penutup.

Inilah kesempatan kami, ini tawaf kami yang terakhir dihari itu. Ya, kami ingin mendekat ke ka'bah. Saat di akhir tawaf kami mencoba melipir perlahan menuju rukun yamani, kondisi yang begitu sesak membuat kami mencoba memegang satu sama lain agar tidak terbuang arus manusia lainnya. Tapi tangan kami sulit menembus ujung rukun yamani, padahal jarak kami sudah begitu dekat.

Aku mengambil inisiatif karena melihat lia dan ibunya yang sulit menebus jamaah lainnya, dan aku langsung menarik lengan lia, lia pun menuntun ibunya. Alhamdulillah ruang setelah rukun yamani agak longgar, kami bisa menyentuh ka'bah, Alhamdulillah pecah haru kami saat itu.

Saat jemari ini menyentuh ka'bah, hatiku merintih"Ya Rabb...kami sudah berada dititik ini, satu garis lurus dengan baitul makmur yang berada diatas langit ketujuh, tempat dimana banyak para malaikat tawaf disana."

Ini perpisahan yang berat, setiap langkah kakiku mulai menjauh dari ka'bah mataku terus mencuri pandang bangunan terindah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS atas perintah Allah Subhanahu wa ta'ala tersebut. Rumah pertama di bumi, hari itu aku tinggalkan. "Semoga Engkau meridhoi aku berkunjung kembali bersama keluargaku kelak" bathinku.

Sesampainya di penginapan kami langsung bergegas mengambil barang-barang kami dan menuju ke bis untuk bertolak ke Madinah. Perjalanan dari mekah ke madinah ditempuh kurang lebih 5-6 jam. di tengah perjalanan kami sempat singgah ke tempat perbelanjaan dan aku sudah lupa nama tempatnya. Banyak dari kami belanja oleh-oleh disana.

Alhamdulillah, satu impianku dan lia selama berada di mekah yang belum kesampaian Allah kabulkan saat kami memulai perjalanan kembali ke madinah. Ada pasangan jamaah di rombongan kami yang Masya Allah baik sekali, mereka membelikan semua jamaah di rombongan kami Al-Baik. Semoga Allah limpahkan rahmat dan rezeki kepada mereka. Ya, aku dan lia saat berada di mekah memang ingin sekali makan ayam Al-baik. Kami sempat bertanya pada petugas kebersihan di zam-zam tower dimana restoran al-baik yang melegenda ini, tapi Qodarullah kami tidak bisa menemukannya. Tapi Allah memang baik, akhirnya kami bisa menikmati Al-Baik di sisa perjalanan kami ke Madinah.


Sesampainya di Madinah, dari penginapan kami langsung menuju ke masjid nabawi untuk melaksanakan sholat isya disana. Perjalanan dari penginapan ke masjid Nabawi memakan waktu sekitar 5-8 menit. Pintu gerbang terdekat dari penginapan kami yaitu pintu nomer 24 dan 25. Karena waktu sudah beranjak larut, kami sempat tidak diperbolehkan sholat di dalam (mungkin dikira kami ingin ke raudhah) jadi kami pindah melaksanakan sholat di pelataran luar masjid. Setelahnya kami langsung kemabil ke hotel untuk mengumpulkan tenaga untuk melaksanakan ibadah esok hari.


21 Januari 2019
Kami bangun dan bergegas untuk sholat subuh di masjid Nabawi. Udara waktu subuh di musim dingin di Madinah lebih dingin dari kota mekah. Aku bahkan udah memakai shal dan jaket, tetapi tetap saja udara dingin menusuk kulit kami. Hari ini kami di jadwalkan untuk ziarah ke raudhah.


Ziarah dilakukan diwaktu dhuha, kali ini kami dipandu oleh muthowifah karena pintu masuk ke raudhah untuk wanita dan laki-laki terpisah. Saat kami sudah berada di Raudhah kondisi penuh sesak, tanda bahwa kita sudah berada di area raudhah adalah warna karpet yang berwarna hijau. disana jika memungkinkan kita diperbolehkan melakukan sholat sunnah. Waktu kami didalam hanya dibatasi sekitar 20-30 menit, karena suasana sesak banyak jamaah wanita yang ingin memaksakan sholat disana dengan resiko bisa terinjak kepalanya jika sedang sujud.



Saat sore hari kami kembali berkumpul dengan semua jamaah Al-Hidayah untuk melakukan ziarah ke saqifah bani saidah. Tempat tersebut seperti taman, menurut penuturan ust murthado. Tempat tersebut di pakai untuk melakukan musyawarah kaum Anshar saat Nabi Muhammad Saw wafat. pertemuan tersebut untuk membahas siapa pemimpin umat islam selanjutnya setelah kepergian Rasulullah, yang pada akhirnya Abu Bakar lah yang di baiat untuk menjadi khilafah umat muslim pada saat itu.


Setelah ke saqifah bani saidah, kami melanjutkan perjalanan kami menuju ke sebrang masjid Ali bin Abi Thalib, masjid Abu Bakr, dan masjid Awan. Kami sempat berfoto disana. lalu perjalanan kami lanjutkan ke depan pelataran makam Rasulullah. Setelahnya kami bergegas untuk menunaikan sholat maghrib.



Sesampainya kami di penginapan aku merasa ada yang aneh dengan perutku, benar saja saat aku ke kamar mandi ternyata aku haid. Sebetulnya minggu itu adalah jadwal haid ku, dua hari sebelum aku berangkat haidku sudah keluar. Tetapi karena aku meminum 2 obat yang direkomendasikan oleh temanku yang lebih dahulu pergi urah pada saat haid, atas izin Allah haid ku mulai berhenti dihari keberangkatanku. Karena aku pikir haid ku sudah mulai berhenti setalh 4 hari aku meminum obatnya, aku jadi tidak melanjutkan di hari kelima, dan Qodarullah haid ku mulai lagi pada malam itu. Sedihnya 2 obat untuk memberhentikannya sudah tidak mempan.

22 Januari 2019
Pagi itu setelah sarapan kami berkumpul dibelakang hotel untuk melakukan ziarah ke masjid quba, jabal uhud dan belanja di kebun kurma.





23 Januari 2019





Setelah selesai makan siang kami bersiap untuk kembali ke bandara dan bertolak ke Jakarta. Semoga Kami bisa kembali lagi ke mekah dan madinah untuk melaksanakan ibadah umarah bersama keluarga kami tercinta.





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.